PERBEDAAN MULTIKULTURAL YANG MENIMBULKAN KONFLIK DALAM MASYASRAKAT
Indonesia
adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya dan tingkah laku masyarakat
yang unik seperti ras, suku, agama, dan etnis. Semua itu hanya terdapat di
indonesia saja tidak ada pada negara lain. Cliford Geertz dalam buku The Relegion of Java (1969) berbicara
mengenai Jawa mengelompokkan masyarakat atas tiga sub budaya, yaitu santri,
abangan, dan priyayi (Nasaruddin Sjamsuddin,1989 : 34). Ketiga golongan tadi
dapat menyebabkan perseteruan antar individu maupun dalam lingkup masyarakat.
Perbedaan ragam budaya daerah juga dapat membuat perpecahan antar suku maupun
pribadi. Keadaan yang demikian disebabkan oleh bentuk negara indonesia yaitu
terdiri dari sabang sampai merauke yang banyak pulau didalamnya.
Konflik
akibat perbedaan keanekaragaman budaya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
letak geografis, mempunyai pengaruh yang
besar dalam pembentukan kebudayaan, misalnya masyarakat yang tinggal
dipegunungan cenderung ramah sedangkan yang berada daerah pantai sifatnya keras. Kondisi iklim,
bukan saja letak geografis namun iklim juga berpengaruh, misal orang yang
didaerah pegunungan sejuk cenderung ramah sebaliknya orang yang dipantai panas
menyengat bisa mempengaruhi kontrol emosi. Budaya asing, globalisasi mempunyai
peranan yang cukup banyak dalam merubah kebudayaan manapun (http:// www.anneahira.com).
Permasalahan sering muncul akibat dari perbedaan tersebut seperti perkelaian
antar suku ataupun pelajar. Salah satu upaya untuk bisa menghargai adanya
perbedaan dengan memberikan pendidikan multikultural.
*)
Nama tercantum di cover, Mahasiswa Program Studi PGSD UPY
Manfaat pendidikan multikultural ini dapat
menjadikan masyarakat tidak berpotensi untuk melakukan konflik yang dapat
merenggangkan keutuhan bangsa indonesia. Banks (2001) seperti dikutip oleh
Tilaar (2004) mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai konsep, ide atau
suatu rangkaian kepercayaan dan penjelasan mengakui menilai pentingnya keragaman
budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas
pribadi, kesempatan individu, kelompok maupun negara.
HAKIKAT PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan,
mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, dan ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Multikultural adalah berbagai macam
status sosial budaya meliputi latar belakang, tempat, agama, ras, dan suku.
Pendidikan multicultural adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian
didalam dan diluar sekolah yang mempelajari tentang berbagai macam status
sosial, ras, suku, dan agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam
menghadapi masalah-masalah keberagaman budaya.
Nieto (1992) menyebutkan bahwa pendidikan
multikultural adalah pendidikan yang bersifat
yang memperhatikan ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan dasar
bagi warga dunia, penting bagi semua
murid, menembus seluruh aspek sistem pendidikan, mengembangkan sikap, pengetahuan, dan
ketrampilan yang memungkinkan murid bekerja bagi keadilan sosial. Proses dimana
pengajar dan murid bersama-sama mempelajari pentingnya variabel budaya bagi
keberhasilan akademik serta menerapkan ilmu pendidikan yang kritis
memberi perhatian pada pengetahuan sosial dan membantu murid untuk
mengembangkan ketrampilan (sobatbaru.blogspot.com).
PENTINGNYA
PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL DI SEKOLAH
Pendidikan multikultural sangat penting untuk meminimalisasi
dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah. Melalui pendidikan berbasis
multikultural, sikap dan mindset
(pemikiran) siswa akan lebih terbuka untuk memahami, menghargai keberagaman
(community.gunadarma.ac.id).
Bukan
hanya itu tetapi pendidikan multikultural juga bermanfaat untuk membangun, di
antara keragaman etnik, ras, agama, budaya. Paparan di atas juga memberi
dorongan dan spirit bagi lembaga pendidikan nasional untuk mau menanamkan sikap
kepada peserta didik untuk menghargai orang, budaya, agama, dan keyakinan lain. Paling
penting didalam pendidikan seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai
dan mampu secara profesional mengajarkan mata pelajaran atau mata kuliah yang
diajarkan.
Lebih dari itu, seorang pendidik juga harus
mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti
demokrasi, humanisme, dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan
yang inklusif pada siswa. Pada gilirannya, out-put yang dihasilkan dari sekolah
tidak hanya cakap sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya, tetapi juga
mampu menerapkan nilai-nilai keberagamaan dalam memahami dan menghargai
keberadaan para pemeluk agama dan kepercayaan lain
(http://tarbiyah.sunan-ampel.ac.id).
Peran
penting pendidikan multikultural di sekolah untuk
menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda
ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya. Salah satu tujuan penting dari
konsep pendidikan multikultural adalah untuk membantu semua siswa agar
memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam menjalankan
peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik serta
diperlukan untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga dari kelompok
beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk
kebaikan bersama (http://sobatbaru.blogspot.com).
Aspek
yang menjadi kunci dalam melaksanakan pendidikan multikultural disekolah tidak
adanya kebijakan yang menghambat toleransi, termasuk tidak ada penghinaan
terhadap ras, etnis dan jenis kelamin. Menumbuhkan kepekaan terhadap perbedaan
budaya, di antaranya mencakup pakaian, musik dan makanan kesukaan. Memberikan
kebebasan bagi anak dalam merayakan hari besar umat beragama serta memperkuat
sikap anak agar merasa butuh terlibat dalam pengambilan keputusan secara
demokratis (sudrajat.wordpress.com).
Berbagai
kerusuhan yang banyak muncul akan segara meredam apabila di sekolah sudah
sungguh-sungguh membawa anak didik dalam pemahaman multikultural. Melalui
pendidikan multikultural ini oleh karenanya dikatakan penting di dalam sekolah.
Pemberian arti penting pendidikan multikultural harus dilakukan sejak usia dini
agar anak lebih memahami lingkungan sekitarnya yang penuh keragaman budaya.
PENERAPAN PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL DI SEKOLAH
Membangun
masyarakat yang dapat menghasilkan orang (warga negara) menyadari, mengakui,
menghargai perbedaan bukan merupakan hal yang mudah. Perlu dirancang secara
sistematik. Pada dasarnya, menurut Gorsky (2010) untuk dapat menerapakan
pendidikan multikultural di sekolah diperlukan upaya transformasi pada tiga
tahap yaitu:
1. Transformasi level diri (transformation of self)
Transformasi pada level diri dapat digambarkan dengan
sikap positif terhadap perbedaan dan keberagaman yang belum terjadi,
transformasi tersebut merupakan salah satu kunci penentu keberhasilan
pendidikan multicultural.
2. Transformasi level sekolah (transformation of school and schooling)
Transformasi pada level sekolah digambarkan melalui
lima dimensi pendidikan multicultural yaitu:
a) Integrasi materi (content
integration)
Integrasi materi merupakan upaya guru memberikan atau
menggunakan contoh dan materi dari bebagai budaya dan kelompok untuk
mengajarkan konsep kunci, prinsip, teori, dan lain-lain ketika mengajarkan satu
topic atau mata pelajaran tertentu dengan menyisipkan akan adanya kesadaran
perbedaan budaya. Contoh: ketika mengajarkan topic tumbuhan berbiji belah, guru
menyinggung bahwa kopi adalah salah satu contoh dikotil, kemudian dikaitkan
dengan bagaimana masyarakat Lampung, Aceh, dan Jawa memanfaatkan kopi sebagai
tradisi sebagai minuman tradisi masing-masing.
b) Proses pembentukan pengetahuan (knowledge construction procwss)
Proses pembentukan pengetahuan upaya membantu siswa
untuk memahami, mencari tahu, dan menentukan bagaimana suatu pengetahuan atau
teori pada dasarnya secara nyata tercipta karena adanya pengaruh budaya,
kalangan, dan kelompok tertentu dengan status sosial yang terjadi pada saat
itu. Contoh: Galileo menghasilkan teori helioentris
yang mengemukakan asumsi geosentris
yang terjadi pada masa dimana pengaruh agama saat itu sangat dominan. Galileo
dihukum mati karena teorinya tetapi belakangan ini teori tersebut dipakai oleh
masyarakat dunia.
c) Reduksi prasangka (prejudice
reduction)
Reduksi prasangka merupakan upaya guru membantu siswa
mengembangkan sifat positif terhadap perbedaan baik dari sisi suku, budaya,
ras, gender, status sosial, dan lain-lain. Contoh: Tidak benar kalau guru
mendorong sikap atau prasangka yang menganggap bahwa orang papua yang berkulit
hitam adalah terbelakang, bodoh dan lain-lain dalam proses interaksi disekolah
inilah yang harus dihindari. Guru seharusnya berkewajiban meluruskan asumsi dan
prasangka tersebut. Salah satu cara mengurangi prasangka ini adalah melibatkan
siswa melakukan aktivitas bersama dengan orang-orang dari berbagai status
sosial, gender, ras, dan lain-lain.
d) Pendidikan atau perlakuan pedagogik tanpa pandang bulu
(equity pendagogy)
Pendidikan atau perlakuan pedagogik tanpa pandang bulu
adalah upaya guru memperlakukan secara sama dalam prises pembelajaran dikelas. Kenyataan
ini akan terlihat dari metode yang digunakan, cara bertanya, penunjukan siswa,
dan pengelompokan. Contoh: Guru senantiasa menunjukkan seorang siswa sebagai
ketua kelompok, karena siswa tersebut anak dari kalangan status sosial tertentu
lebih tinggi dari yang lain.
e) Pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial (empowering school culture and social structure)
Pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial
merupakan proses menstrukturisasi dan reorganisasi sekolah sehingga siswa dari
beragam ras, suku, dan kelas sosial akan mengalami atau merasakan pemberdayaan
maupun persamaan budaya. Semangat multikulturalisme
akan tercermin dalam segala aktivitas sekolah, sehingga menuntut adanya
perubahan baik dari sisi pendidik dan tenaga kependidikan, kebijakan sekolah,
struktur organisasi, iklim sekolah, dan lain-lain.
3.
Transformasi
level masyarakat (transformation of
society)
Transformasi
level masyarakat merupakan upaya paling berat karena sangat komplek dan
melibatkan berbagai unsur terkait, hal ini akan terjadi dengan sendirinya jika
transformasi level diri dan sekolah berjalan dengan baik (http://www.teknologipendidikan.net).
PENDEKATAN-PENDEKATAN
DALAM PROSES MULTIKULTURAL
Ada
beberapa pendekatan dalam proses pendidikan multikultural antara lain sebagai
berikut.
Pertama,
perubahan dalam memandang pendidikan (education) dengan persekolahan (schooling)
atau pendidikan multikultural dengan program-program sekolah formal.Pandangan
yang lebih luas mengenai pendidikan sebagai transmisi kebudayaan membebaskan
pendidik dari asumsi bahwa tanggungjawab primer dalam mengembangkan kompetensi
kebudayaan di kalangan peserta didik. Hal ini semata-mata berada di tangan
mereka dan justru seharusnya semakin banyak pihak yang bertanggungjawab karena
program-program sekolah terkait dengan pembelajaran informal di luar sekolah.
Kedua,
menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik. Yang
dimaksud adalah tidak perlu lagi mengasosiasikan kebudayaan semata-mata engan
kelompok-kelompok etnik sebagaimana yang terjadi selama ini. Secara
tradisional, para pendidik mengasosiasikan kebudayaan hanya dengan
kelompok-kelompok sosial yang relatif self sufficient daripada dengan sejumlah
orang yang secara terus menerus dan berulang-ulang terlibat satu sama lain
dalam satu atau lebih kegiatan. Dalam konteks pendidikan multikultural,
pendekatan ini diharapkan dapat mengilhami para penyusun program-program
pendidikan multikultural untuk menghilangkan kecenderungan memandang peserta
didik secara stereotype menurut identitas etnik mereka, dan akan meningkatkan
eksplorasi pemahaman yang lebih besar mengenai kesamaan dan perbedaan di
kalangan peserta didik dari berbagai kelompok etnik.
Ketiga,
karena pengembangan kompetensi dalam suatu kebudayaan baru biasanya membutuhkan
interaksi inisiatif dengan orang-orang yang sudah memiliki kompetensi, bahkan
dapat dilihat lebih jelas bahwa upaya-upaya untuk mendukung sekolah-sekolah
yang terpisah secara etnik adalah antitesis terhadap tujuan pendidikan
multikultural. Mempertahankan dan memperluas solidaritas kelompok adalah
menghambat sosialisasi ke dalam kebudayaan baru. Pendidikan bagi pluralisme
budaya dan pendidikan multikultural tidak dapat disamakan secara logis.
Keempat,
pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan.
Adapun kebudayaan mana yang akan diadopsi itu ditentukan oleh situasi yang ada
disekitarnya.
Kelima,
pendidikan multikultural, baik dalam sekolah maupun luar sekolah meningkatkan
kesadaran tentang kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kesadaran seperti ini
akan menjauhkan kita dari konsep dwi budaya atau dikotomi antara pribumi dan
non-pribumi. Dikotomi semacam ini bersifat membatasi individu untuk sepenuhnya
mengekspresikan diversitas kebudayaan. Pendekatan ini meningkatkan kesadaran
akan multikulturalisme sebagai pengelaman moral manusia. Kesadaran ini
mengandung makna bahwa pendidikan multikultural berpotensi untuk menghindari
dikotomi dan mengembangkan apresiasi yang lebih baik melalui kompetensi
kebudayaan yang ada pada diri peserta didik. Dalam kajian yang lebih spesifik
dan mengarah pada pendidikan dan proses pendidikan, pendidikan multikultural
dimaknai sebagai pendidikan yang didasari konsep kebermaknaan perbedaan secara
unik pada tiap orang dan masyarakat. Kelas disusun dengan anggota kian kecil
sehingga tiap peserta didik memperoleh peluang belajar semakin besar sekaligus
menumbuhkan kesadaran kolektif di antara peserta didik. Pada tahap lanjut
menumbuhkan kesadaran kolektif
KENDALA YANG DI HADAPI DALAM PENERAPAN PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL
Dalam
penerapan pendidikan multikultural pada dasarnya menghadapi berbagai masalah
antara lain:
1.
Kendala pada
aspek latar belakang lingkungan
a)
Rendahnya
aspirasi masyarakat terhadap pendidikan multikultural.
b) Status sosial ekonomi masyarakat yang berbeda-beda.
2.
Kendala pada
aspek masukan
a)
Minimnya pengetahauan
tentang misi program pengelolaan pendidikan multicultural.
b)
Keberadaan sarana
dan prasarana pengetahuan pendidikan multicultural.
3.
Kendala pada
aspek proses pendidikan multicultural
a)
Proses
pengelolaan program.
b)
Proses kerjasama
dan partisipasi.
4.
Kendala pada
aspek hasil
a)
Respon masyarakat
serta prestasi non akademik
UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENANGGULANGI
KENDALA-KENDALA DALAM PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Upaya-upaya yang
dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala pendidikan multikultural antara lain
:
1. Upaya pada
aspek latar belakang lingkungan.
Perlunya dilakukan penggalian dukungan dari warga
masyarakat melalui program-program permohanan bantuan dana bagi masyarakat yang
memiliki kepedulian terhadap program pengelolaan pendidikan multicultural
tersebut. Dapat dengan program-program kerjasama seperti sumber daya manusia
yang berorientasi untuk meraih kesuksesan melalui pendidikan multicultural.
2. Upaya pada aspek masukan untuk menentukan pengetahuan
tentang misi
Perlu dilakukan sosialisasi terhadap warga sekolah
mengenai misi masing-masing program yang disosialisasikan.
Perbedaan sarana dan prasarana perlu juga ditingkatkan
dengan meningkatkan peraturan pelaksanaan program-program sehingga peralatan,
bahan, serta ruang belajar yang ada bisa dimanfaatkan secara efektif dan
efesien.
3. Upaya pada aspek proses pendidikan multicultural
Aspek ini memerlukan organisasi di tingkat lembaga
maupun masing-masing program dengan melibatkan semua yang menyangkut di
kalangan sekolah (pendidikan) separti kepala sekolah, guru, pegawai, komite,
siswa, orang tua, masyarakat, serta pemerintah.
4. Upaya pada aspek hasil pendidikan multicultural
Aspek ini memerlukan usaha dengan mempromosikan secara
terus-menerus bahwa pola pikir perilaku multikultural bagi masyarakat tidak
bisa ditawar lagi dalam pergaulan nasional maupun internasional. Pengelolaan pendidikan multicultural perlu
berbasis potensi yang harus dilakukan. Upaya lain pengelolaan pendidikan
multicultural dengan memberikan metode pembelajaran yang tepat untuk
pengelolaan program tersebut bisa juga dilakukan pendekatan pembelajaran yang
lebih humanis secara perlahan seperti memberikan pelajaran dengan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).
Sistem evaluasi yang lebih valid atau nyata
perlu dilakukan dengan cara observasi, hal ini bisa dijadikan untuk mengetahui
perkembangan peserta didik dalam penyempurnaan pengelolaan pendidikan
multicultural yang telah dikembangkan dan dikelola dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar