Jumat, 28 Desember 2012

URGENSI DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH



PERBEDAAN MULTIKULTURAL YANG MENIMBULKAN KONFLIK DALAM MASYASRAKAT

Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman budaya dan tingkah laku masyarakat yang unik seperti ras, suku, agama, dan etnis. Semua itu hanya terdapat di indonesia saja tidak ada pada negara lain. Cliford Geertz dalam buku The Relegion of Java (1969) berbicara mengenai Jawa mengelompokkan masyarakat atas tiga sub budaya, yaitu santri, abangan, dan priyayi (Nasaruddin Sjamsuddin,1989 : 34). Ketiga golongan tadi dapat menyebabkan perseteruan antar individu maupun dalam lingkup masyarakat. Perbedaan ragam budaya daerah juga dapat membuat perpecahan antar suku maupun pribadi. Keadaan yang demikian disebabkan oleh bentuk negara indonesia yaitu terdiri dari sabang sampai merauke yang banyak pulau didalamnya.
Konflik akibat perbedaan keanekaragaman budaya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : letak geografis,  mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kebudayaan, misalnya masyarakat yang tinggal dipegunungan cenderung ramah sedangkan yang berada daerah pantai sifatnya keras. Kondisi iklim, bukan saja letak geografis namun iklim juga berpengaruh, misal orang yang didaerah pegunungan sejuk cenderung ramah sebaliknya orang yang dipantai panas menyengat bisa mempengaruhi kontrol emosi. Budaya asing, globalisasi mempunyai peranan yang cukup banyak dalam merubah kebudayaan manapun (http:// www.anneahira.com). Permasalahan sering muncul akibat dari perbedaan tersebut seperti perkelaian antar suku ataupun pelajar. Salah satu upaya untuk bisa menghargai adanya perbedaan dengan memberikan pendidikan multikultural.



*) Nama tercantum di cover, Mahasiswa Program Studi PGSD UPY
 Manfaat pendidikan multikultural ini dapat menjadikan masyarakat tidak berpotensi untuk melakukan konflik yang dapat merenggangkan keutuhan bangsa indonesia. Banks (2001) seperti dikutip oleh Tilaar (2004) mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai konsep, ide atau suatu rangkaian kepercayaan dan penjelasan mengakui menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan individu, kelompok maupun negara.

 HAKIKAT PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan, mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, dan ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Multikultural adalah berbagai macam status sosial budaya meliputi latar belakang, tempat, agama, ras, dan suku. Pendidikan multicultural adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian didalam dan diluar sekolah yang mempelajari tentang berbagai macam status sosial, ras, suku, dan agama agar tercipta kepribadian yang cerdas dalam menghadapi masalah-masalah keberagaman budaya.
Nieto (1992) menyebutkan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang bersifat  yang memperhatikan ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan dasar bagi  warga dunia, penting bagi semua murid, menembus seluruh aspek sistem pendidikan,  mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan yang memungkinkan murid bekerja bagi keadilan sosial. Proses dimana pengajar dan murid bersama-sama mempelajari pentingnya variabel budaya bagi keberhasilan akademik  serta  menerapkan ilmu pendidikan yang kritis memberi perhatian pada pengetahuan sosial dan membantu murid untuk mengembangkan ketrampilan (sobatbaru.blogspot.com).

PENTINGNYA PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH
Pendidikan multikultural sangat penting untuk meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah. Melalui pendidikan berbasis multikultural, sikap dan mindset (pemikiran) siswa akan lebih terbuka untuk memahami,  menghargai keberagaman (community.gunadarma.ac.id).
Bukan hanya itu tetapi pendidikan multikultural juga bermanfaat untuk membangun, di antara keragaman etnik, ras, agama, budaya. Paparan di atas juga memberi dorongan dan spirit bagi lembaga pendidikan nasional untuk mau menanamkan sikap kepada peserta didik untuk menghargai orang, budaya, agama, dan keyakinan lain. Paling penting didalam pendidikan seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai dan mampu secara profesional mengajarkan mata pelajaran atau mata kuliah yang diajarkan.
 Lebih dari itu, seorang pendidik juga harus mampu menanamkan nilai-nilai inti dari pendidikan multikultural seperti demokrasi, humanisme, dan pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan yang inklusif pada siswa. Pada gilirannya, out-put yang dihasilkan dari sekolah tidak hanya cakap sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai keberagamaan dalam memahami dan menghargai keberadaan para pemeluk agama dan kepercayaan lain (http://tarbiyah.sunan-ampel.ac.id).
            Peran penting pendidikan multikultural di sekolah untuk menciptakan persamaan peluang pendidikan bagi semua siswa yang berbeda-beda ras, etnis, kelas sosial dan kelompok budaya. Salah satu tujuan penting dari konsep pendidikan multikultural adalah untuk membantu semua siswa agar memperoleh pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diperlukan dalam menjalankan peran-peran seefektif mungkin pada masyarakat demokrasi-pluralistik serta diperlukan untuk berinteraksi, negosiasi, dan komunikasi dengan warga dari kelompok beragam agar tercipta sebuah tatanan masyarakat bermoral yang berjalan untuk kebaikan bersama (http://sobatbaru.blogspot.com).      
Aspek yang menjadi kunci dalam melaksanakan pendidikan multikultural disekolah tidak adanya kebijakan yang menghambat toleransi, termasuk tidak ada penghinaan terhadap ras, etnis dan jenis kelamin. Menumbuhkan kepekaan terhadap perbedaan budaya, di antaranya mencakup pakaian, musik dan makanan kesukaan. Memberikan kebebasan bagi anak dalam merayakan hari besar umat beragama serta memperkuat sikap anak agar merasa butuh terlibat dalam pengambilan keputusan secara demokratis (sudrajat.wordpress.com).
Berbagai kerusuhan yang banyak muncul akan segara meredam apabila di sekolah sudah sungguh-sungguh membawa anak didik dalam pemahaman multikultural. Melalui pendidikan multikultural ini oleh karenanya dikatakan penting di dalam sekolah. Pemberian arti penting pendidikan multikultural harus dilakukan sejak usia dini agar anak lebih memahami lingkungan sekitarnya yang penuh keragaman budaya.
PENERAPAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH
Membangun masyarakat yang dapat menghasilkan orang (warga negara) menyadari, mengakui, menghargai perbedaan bukan merupakan hal yang mudah. Perlu dirancang secara sistematik. Pada dasarnya, menurut Gorsky (2010) untuk dapat menerapakan pendidikan multikultural di sekolah diperlukan upaya transformasi pada tiga tahap yaitu:
1.   Transformasi level diri (transformation of self)
Transformasi pada level diri dapat digambarkan dengan sikap positif terhadap perbedaan dan keberagaman yang belum terjadi, transformasi tersebut merupakan salah satu kunci penentu keberhasilan pendidikan multicultural.
2.   Transformasi level sekolah (transformation of school and schooling)
Transformasi pada level sekolah digambarkan melalui lima dimensi pendidikan multicultural yaitu:
a)      Integrasi materi (content integration)
Integrasi materi merupakan upaya guru memberikan atau menggunakan contoh dan materi dari bebagai budaya dan kelompok untuk mengajarkan konsep kunci, prinsip, teori, dan lain-lain ketika mengajarkan satu topic atau mata pelajaran tertentu dengan menyisipkan akan adanya kesadaran perbedaan budaya. Contoh: ketika mengajarkan topic tumbuhan berbiji belah, guru menyinggung bahwa kopi adalah salah satu contoh dikotil, kemudian dikaitkan dengan bagaimana masyarakat Lampung, Aceh, dan Jawa memanfaatkan kopi sebagai tradisi sebagai minuman tradisi masing-masing.  
b)      Proses pembentukan pengetahuan (knowledge construction procwss)
Proses pembentukan pengetahuan upaya membantu siswa untuk memahami, mencari tahu, dan menentukan bagaimana suatu pengetahuan atau teori pada dasarnya secara nyata tercipta karena adanya pengaruh budaya, kalangan, dan kelompok tertentu dengan status sosial yang terjadi pada saat itu. Contoh: Galileo menghasilkan teori helioentris yang mengemukakan asumsi geosentris yang terjadi pada masa dimana pengaruh agama saat itu sangat dominan. Galileo dihukum mati karena teorinya tetapi belakangan ini teori tersebut dipakai oleh masyarakat dunia.
c)   Reduksi prasangka (prejudice reduction)
Reduksi prasangka merupakan upaya guru membantu siswa mengembangkan sifat positif terhadap perbedaan baik dari sisi suku, budaya, ras, gender, status sosial, dan lain-lain. Contoh: Tidak benar kalau guru mendorong sikap atau prasangka yang menganggap bahwa orang papua yang berkulit hitam adalah terbelakang, bodoh dan lain-lain dalam proses interaksi disekolah inilah yang harus dihindari. Guru seharusnya berkewajiban meluruskan asumsi dan prasangka tersebut. Salah satu cara mengurangi prasangka ini adalah melibatkan siswa melakukan aktivitas bersama dengan orang-orang dari berbagai status sosial, gender, ras, dan lain-lain.
d)  Pendidikan atau perlakuan pedagogik tanpa pandang bulu (equity pendagogy)
Pendidikan atau perlakuan pedagogik tanpa pandang bulu adalah upaya guru memperlakukan secara sama dalam prises pembelajaran dikelas. Kenyataan ini akan terlihat dari metode yang digunakan, cara bertanya, penunjukan siswa, dan pengelompokan. Contoh: Guru senantiasa menunjukkan seorang siswa sebagai ketua kelompok, karena siswa tersebut anak dari kalangan status sosial tertentu lebih tinggi dari yang lain.
e)   Pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial (empowering school culture and social structure)
Pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial merupakan proses menstrukturisasi dan reorganisasi sekolah sehingga siswa dari beragam ras, suku, dan kelas sosial akan mengalami atau merasakan pemberdayaan maupun persamaan budaya. Semangat multikulturalisme akan tercermin dalam segala aktivitas sekolah, sehingga menuntut adanya perubahan baik dari sisi pendidik dan tenaga kependidikan, kebijakan sekolah, struktur organisasi, iklim sekolah, dan lain-lain.
3.   Transformasi level masyarakat (transformation of society)
Transformasi level masyarakat merupakan upaya paling berat karena sangat komplek dan melibatkan berbagai unsur terkait, hal ini akan terjadi dengan sendirinya jika transformasi level diri dan sekolah berjalan dengan baik (http://www.teknologipendidikan.net).

PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PROSES MULTIKULTURAL
Ada beberapa pendekatan dalam proses pendidikan multikultural antara lain sebagai berikut.
Pertama, perubahan dalam memandang pendidikan (education) dengan persekolahan (schooling) atau pendidikan multikultural dengan program-program sekolah formal.Pandangan yang lebih luas mengenai pendidikan sebagai transmisi kebudayaan membebaskan pendidik dari asumsi bahwa tanggungjawab primer dalam mengembangkan kompetensi kebudayaan di kalangan peserta didik. Hal ini semata-mata berada di tangan mereka dan justru seharusnya semakin banyak pihak yang bertanggungjawab karena program-program sekolah terkait dengan pembelajaran informal di luar sekolah.
Kedua, menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik. Yang dimaksud adalah tidak perlu lagi mengasosiasikan kebudayaan semata-mata engan kelompok-kelompok etnik sebagaimana yang terjadi selama ini. Secara tradisional, para pendidik mengasosiasikan kebudayaan hanya dengan kelompok-kelompok sosial yang relatif self sufficient daripada dengan sejumlah orang yang secara terus menerus dan berulang-ulang terlibat satu sama lain dalam satu atau lebih kegiatan. Dalam konteks pendidikan multikultural, pendekatan ini diharapkan dapat mengilhami para penyusun program-program pendidikan multikultural untuk menghilangkan kecenderungan memandang peserta didik secara stereotype menurut identitas etnik mereka, dan akan meningkatkan eksplorasi pemahaman yang lebih besar mengenai kesamaan dan perbedaan di kalangan peserta didik dari berbagai kelompok etnik.
Ketiga, karena pengembangan kompetensi dalam suatu kebudayaan baru biasanya membutuhkan interaksi inisiatif dengan orang-orang yang sudah memiliki kompetensi, bahkan dapat dilihat lebih jelas bahwa upaya-upaya untuk mendukung sekolah-sekolah yang terpisah secara etnik adalah antitesis terhadap tujuan pendidikan multikultural. Mempertahankan dan memperluas solidaritas kelompok adalah menghambat sosialisasi ke dalam kebudayaan baru. Pendidikan bagi pluralisme budaya dan pendidikan multikultural tidak dapat disamakan secara logis.
Keempat, pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Adapun kebudayaan mana yang akan diadopsi itu ditentukan oleh situasi yang ada disekitarnya.
Kelima, pendidikan multikultural, baik dalam sekolah maupun luar sekolah meningkatkan kesadaran tentang kompetensi dalam beberapa kebudayaan. Kesadaran seperti ini akan menjauhkan kita dari konsep dwi budaya atau dikotomi antara pribumi dan non-pribumi. Dikotomi semacam ini bersifat membatasi individu untuk sepenuhnya mengekspresikan diversitas kebudayaan. Pendekatan ini meningkatkan kesadaran akan multikulturalisme sebagai pengelaman moral manusia. Kesadaran ini mengandung makna bahwa pendidikan multikultural berpotensi untuk menghindari dikotomi dan mengembangkan apresiasi yang lebih baik melalui kompetensi kebudayaan yang ada pada diri peserta didik. Dalam kajian yang lebih spesifik dan mengarah pada pendidikan dan proses pendidikan, pendidikan multikultural dimaknai sebagai pendidikan yang didasari konsep kebermaknaan perbedaan secara unik pada tiap orang dan masyarakat. Kelas disusun dengan anggota kian kecil sehingga tiap peserta didik memperoleh peluang belajar semakin besar sekaligus menumbuhkan kesadaran kolektif di antara peserta didik. Pada tahap lanjut menumbuhkan kesadaran kolektif



KENDALA YANG DI HADAPI DALAM PENERAPAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Dalam penerapan pendidikan multikultural pada dasarnya menghadapi berbagai masalah antara lain:
1.      Kendala pada aspek latar belakang lingkungan
a)   Rendahnya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan multikultural.
b)   Status sosial ekonomi masyarakat yang berbeda-beda.
2.      Kendala pada aspek masukan
a)      Minimnya pengetahauan tentang misi program pengelolaan pendidikan multicultural.
b)      Keberadaan sarana dan prasarana pengetahuan pendidikan multicultural.
3.      Kendala pada aspek proses pendidikan multicultural
a)      Proses pengelolaan program.
b)      Proses kerjasama dan partisipasi.
4.      Kendala pada aspek hasil
a)      Respon masyarakat serta prestasi non akademik

UPAYA YANG DILAKUKAN UNTUK MENANGGULANGI KENDALA-KENDALA DALAM PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala pendidikan multikultural antara lain :
1.      Upaya  pada aspek latar belakang lingkungan.
Perlunya dilakukan penggalian dukungan dari warga masyarakat melalui program-program permohanan bantuan dana bagi masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap program pengelolaan pendidikan multicultural tersebut. Dapat dengan program-program kerjasama seperti sumber daya manusia yang berorientasi untuk meraih kesuksesan melalui pendidikan multicultural.
2.      Upaya pada aspek masukan untuk menentukan pengetahuan tentang misi
Perlu dilakukan sosialisasi terhadap warga sekolah mengenai misi masing-masing program yang disosialisasikan.
Perbedaan sarana dan prasarana perlu juga ditingkatkan dengan meningkatkan peraturan pelaksanaan program-program sehingga peralatan, bahan, serta ruang belajar yang ada bisa dimanfaatkan secara efektif dan efesien.
3.      Upaya pada aspek proses pendidikan multicultural
Aspek ini memerlukan organisasi di tingkat lembaga maupun masing-masing program dengan melibatkan semua yang menyangkut di kalangan sekolah (pendidikan) separti kepala sekolah, guru, pegawai, komite, siswa, orang tua, masyarakat, serta pemerintah.
4.      Upaya pada aspek hasil pendidikan multicultural
Aspek ini memerlukan usaha dengan mempromosikan secara terus-menerus bahwa pola pikir perilaku multikultural bagi masyarakat tidak bisa ditawar lagi dalam pergaulan nasional maupun internasional.  Pengelolaan pendidikan multicultural perlu berbasis potensi yang harus dilakukan. Upaya lain pengelolaan pendidikan multicultural dengan memberikan metode pembelajaran yang tepat untuk pengelolaan program tersebut bisa juga dilakukan pendekatan pembelajaran yang lebih humanis secara perlahan seperti memberikan pelajaran dengan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan).
Sistem evaluasi yang lebih valid atau nyata perlu dilakukan dengan cara observasi, hal ini bisa dijadikan untuk mengetahui perkembangan peserta didik dalam penyempurnaan pengelolaan pendidikan multicultural yang telah dikembangkan dan dikelola dengan baik.


0 komentar:

Posting Komentar

 
;